Mungkinkah
terdapat kurang dari lima dimensi dasar kepribadian? Mungkin dua atau tiga
dimensi trait Big Five adalah bagian
inti dari organism dan dua dan tiga lainnya hanya sekedar turunannya; mungkin
predisposisi faktor biologis mempengaruhi seseorang untuk berlaku seperti salah
satu dari tiga tipe cara, tetapi hal ini masih bisa dibagi kedalam tingkat
aktivitas, sosiabilitas, dan tingkat keceriaan. Hal tersebut adalah pemikiran
Hans Eysenck.
Sementara
Cattell percaya bahwa teori kepribadian seharusnya menjadi criteria pemilihan
variabel, yaitu data yang digunakan dalam analisis faktor, dan ketika banyak
peneliti Big Five sepenuhnya menggunakan pendekatan induktif, Eysenck yakin
bahwa berbagai jenis informasi ini seharusnya juga menentukan pemilihan faktor
tersebut dan analisis faktor sendiri saja seharusnya tidak mengarahkan kita
dalam mengkonstruksikan dimensi dasar kita. Contohnya bahwa terdapat bukti
bahwa tendensi orang pada beberapa karakteristik tingkat kecemasan, keramahan,
kepercayaan diri, dan keterbukaan pada pengalaman baru umumnya tetap stabil
sepanjang masa dewasa. Eysenck adalah extroversion yang mencangkup faktor
keramahan dan sensitivitas dari Cattell. Yang kedua adalah neuroticism; dimensi ini
mencangkup faktor ketidakstabilan emosi dan kekhawatiran dari Cattell. Faktor
ketiga, psychomaticism kecenderungan menderita psikopatologi, yang
melibatkan impulsivitas dan kekajaman. Psyhitician
mencangkup faktor kecenderungan untuk keras kepala dan ketekunan dari
Cattell. Dalam model Big Five, psychoticism
dari Eysenck mirip dengan model Big Five.
Pendekatan
Eysenck adalah salah satu pendekatan yang berusaha menjelaskan dasar biologis
kepribadian (apa yang disebut Allport sebagai aspek “psikofisik”), teori
keepribadian, dan bukti yang muncul dari analisis statistik dan empiris dari
trait.
Teori Abnormalitas
Cattell
setuju dengan pandangan klinis bahwa neorosis oleh psikosis itu terjadi akibat
adanya konflik yang tak terpecahkan dalam diri individu. Dia kemudian berusaha
mengembangkan teknik kuantitatif untuk membantu terapis melakukan diagnosis dan
melakukan treatment. Setiap konflik selalu ada sekian banyak attitude, erg dan
sentiment yang terlibat, sehingga muncul pilihan tingkah laku yang tidak
dikehendaki. Cattell menyarankan kepada klinisian untuk mengukur tingkah laku
yang besaran variabel-variabel itu dan memasukan nilai variabel-variabel motivator dan sumber
konflik kedalam persamaan tingkah laku. Persamaan itu tidak menjamin bahwa
semua yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan sebagai penyebab konflik,
sudah diperhatikan.
Neurosis
Neurosis
adalah pola tingkah laku yang ditunjukan oleh seseorang yang merasa dirinya
mengalami kesulitan emosional tetapi tidak menunjukan gangguan psikotik.
Definisi ini sangat operasional karena menurut Cattell pemahaman tentang
neurosis harus dimulai dengan pengkuran untuk mengidentifikasi perbedaan
orang-orang neurosis dengan normal. Ternyata perbedaan normal dengan neurotik
dan psikotik bukan hanya perbedaan tingkatan, tetapi perbedaan dimensi.
Psikosis
Psikosis
adalah bentuk gangguan mental yang berbeda dengan neurosis, di mana individu
kehilangan kontak dengan realita dan membutuhkan perawatan untuk melindungi
dirinya dengan orang lain. Jadi perbedaan dengan neurotik adalah psikotik tidak
memiliki pemahaman terhadap masalahnya sendiri, tidak dapat merawat diri,dan
mungkin membahayakan orang lain dan dirinya sendiri. Menurut Cattell, psikosis
manis-depresif dan skizofrenia menyumbang terjadinya psikotik. Banyak bukti
orang tua penderita manis-depresif lebih hangat dan melindungi disbanding
dengan orang tua penderita skizofren. Orang tua penderita skizofren lebih
ambivalen. Disekolah, psikotik biasanya tidak pintar bicara, nilai matematiknya
rendah, ingatannya buruk, tidak dapat berkonsentrasi, lamban dalam membaca, dan
aspirasinya tidak realistik.