Sabtu, 27 April 2013

Terjadinya Psikopatologi menurut Pendekatan Trait Theory (Eysenck, Cattle)



Mungkinkah terdapat kurang dari lima dimensi dasar kepribadian? Mungkin dua atau tiga dimensi trait Big Five adalah bagian inti dari organism dan dua dan tiga lainnya hanya sekedar turunannya; mungkin predisposisi faktor biologis mempengaruhi seseorang untuk berlaku seperti salah satu dari tiga tipe cara, tetapi hal ini masih bisa dibagi kedalam tingkat aktivitas, sosiabilitas, dan tingkat keceriaan. Hal tersebut adalah pemikiran Hans Eysenck.

Sementara Cattell percaya bahwa teori kepribadian seharusnya menjadi criteria pemilihan variabel, yaitu data yang digunakan dalam analisis faktor, dan ketika banyak peneliti Big Five sepenuhnya menggunakan pendekatan induktif, Eysenck yakin bahwa berbagai jenis informasi ini seharusnya juga menentukan pemilihan faktor tersebut dan analisis faktor sendiri saja seharusnya tidak mengarahkan kita dalam mengkonstruksikan dimensi dasar kita. Contohnya bahwa terdapat bukti bahwa tendensi orang pada beberapa karakteristik tingkat kecemasan, keramahan, kepercayaan diri, dan keterbukaan pada pengalaman baru umumnya tetap stabil sepanjang masa dewasa. Eysenck adalah extroversion yang mencangkup faktor keramahan dan sensitivitas dari Cattell. Yang kedua adalah neuroticism; dimensi ini mencangkup faktor ketidakstabilan emosi dan kekhawatiran dari Cattell. Faktor ketiga, psychomaticism kecenderungan menderita psikopatologi, yang melibatkan impulsivitas dan kekajaman. Psyhitician mencangkup faktor kecenderungan untuk keras kepala dan ketekunan dari Cattell. Dalam model Big Five, psychoticism dari Eysenck mirip dengan model Big Five. 

Pendekatan Eysenck adalah salah satu pendekatan yang berusaha menjelaskan dasar biologis kepribadian (apa yang disebut Allport sebagai aspek “psikofisik”), teori keepribadian, dan bukti yang muncul dari analisis statistik dan empiris dari trait. 

Teori Abnormalitas
Cattell setuju dengan pandangan klinis bahwa neorosis oleh psikosis itu terjadi akibat adanya konflik yang tak terpecahkan dalam diri individu. Dia kemudian berusaha mengembangkan teknik kuantitatif untuk membantu terapis melakukan diagnosis dan melakukan treatment. Setiap konflik selalu ada sekian banyak attitude, erg dan sentiment yang terlibat, sehingga muncul pilihan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Cattell menyarankan kepada klinisian untuk mengukur tingkah laku yang besaran variabel-variabel itu dan memasukan  nilai variabel-variabel motivator dan sumber konflik kedalam persamaan tingkah laku. Persamaan itu tidak menjamin bahwa semua yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan sebagai penyebab konflik, sudah diperhatikan.

Neurosis
Neurosis adalah pola tingkah laku yang ditunjukan oleh seseorang yang merasa dirinya mengalami kesulitan emosional tetapi tidak menunjukan gangguan psikotik. Definisi ini sangat operasional karena menurut Cattell pemahaman tentang neurosis harus dimulai dengan pengkuran untuk mengidentifikasi perbedaan orang-orang neurosis dengan normal. Ternyata perbedaan normal dengan neurotik dan psikotik bukan hanya perbedaan tingkatan, tetapi perbedaan dimensi.

Psikosis
Psikosis adalah bentuk gangguan mental yang berbeda dengan neurosis, di mana individu kehilangan kontak dengan realita dan membutuhkan perawatan untuk melindungi dirinya dengan orang lain. Jadi perbedaan dengan neurotik adalah psikotik tidak memiliki pemahaman terhadap masalahnya sendiri, tidak dapat merawat diri,dan mungkin membahayakan orang lain dan dirinya sendiri. Menurut Cattell, psikosis manis-depresif dan skizofrenia menyumbang terjadinya psikotik. Banyak bukti orang tua penderita manis-depresif lebih hangat dan melindungi disbanding dengan orang tua penderita skizofren. Orang tua penderita skizofren lebih ambivalen. Disekolah, psikotik biasanya tidak pintar bicara, nilai matematiknya rendah, ingatannya buruk, tidak dapat berkonsentrasi, lamban dalam membaca, dan aspirasinya tidak realistik.