Manusia tidak
dapat mengelakkan diri dari proses regenerasi, berupa berakhirnya peranan suatu
generasi untuk diganti oleh generasi berikutnya. Proses tersebut berlangsung
secara alamiah sesuai ketentuan Tuhan. Pergantian terjadi karena manusia tidak
dapat mengelakkan diri dari perkembangan dan pertumbuhan menjadi tua, sehingga
tidak seorang pun dapat menghindar dari kematian. Bersamaan dengan itu lahir
pula anak-anak manusia, yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya makin
menjadi besar dari waktu ke waktu, hingga sampai pada saat kedewasaannya
masing-masing. Generasi baru itu harus meneruskan sejarah kehidupan manusia
dengan menggantikan peranan generasi terdahulu, baik yang telah mengundurkan
diri karena usia tua, menjadi lemah dan tak berdaya, maupun karena telah
menutup usianya. Siklus ini tidak akan pernah berhenti selama di muka bumi ini
masih ada kehidupan, atau sampai kiamat tiba (Nawawi dan Martini, 1994).
Namun pergantian
generasi jangan sekadar bergantinya sekumpulan manusia dari yang tua menjadi
muda. Generasi pengganti itu haruslah berkualitas agar dapat melanjutkan tugas
generasi sebelumnya dalam mengelola bumi dan peradaban dengan baik. Dalam hal
ini, Alquran telah memberikan peringatan agar manusia jangan meninggalkan
generasi (anak-anak) yang lemah sepeninggal mereka:
”Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisâ [4]: 9)
Tanggung jawab
untuk membentuk generasi yang tidak lemah, dalam bahasa yang positif: generasi
kuat atau generasi berkualitas, yang pertama dan terutama berada di pundak para
orang tua dalam keluarga. Namun pembentukan generasi penerus yang berkualitas
bukanlah kerja individual, melainkan melibatkan segenap unsur dalam masyarakat,
seperti para pendidik, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah, media massa, dan lain
sebagainya.
Jadi, dapat
disimpulkan generasi berkualitas ialah generasi yang semua aspek
perkembangannya dapat berkembang secara optimal dan sesuai dengan tugas
perkembangannya.
Ciri-ciri Generasi Berkualitas
Perkataan
“kualitas” menunjukkan kondisi sesuatu dibandingkan dengan suatu ukuran
tertentu, berdasarkan norma-norma atau nilai-nilai terbaik mengenai sesuatu itu
(Nawawi dan Martini, 1994). Ukuran dari nilai-nilai itu sendiri adalah abstrak,
sehingga ketika disebutkan istilah “generasi berkualitas”, definisi atau
pengertian langsung dari istilah itu tidaklah begitu diperlukan karena maknanya
tidak akan lebih jelas daripada istilah yang didefinisikan. Yang lebih penting
untuk disampaikan di sini adalah ciri-ciri dari generasi berkualitas tersebut.
Ciri-ciri
generasi berkualitas dilihat dari beberapa aspek penting, yakni aspek
fisik/jasmani, aspek psikis/psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek
spiritual dan moral.
Faktor-faktor
yang Memengaruhi Terbentuknya Generasi Berkualitas
Terbentuknya
generasi berkualitas dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik yang mendukung maupun yang menghambat. Dalam sejarah
perkembangan manusia, ada tiga lingkungan yang berpengaruh pada kepribadian dan
kualitas dirinya. Berikut ini adalah beberpa faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya generasi berkualitas:
1.
Keluarga
Keluarga merupakan institusi pertama yang ditemui
seorang anak dalam perjalanan hidupnya. Keluarga adalah awal dari pengenalan
dan pemahaman setiap anak mengenai kehidupan (Nawawi dan Martini, 1994).
Perkembangan kepribadian seorang anak sangat dipengaruhi keadaan dan pola
pengasuhan dalam keluarganya. Oleh karena itu, peranan keluarga dalam proyek
pembentukan generasi berkualitas sangat penting untuk ditekankan.
Peranan keluarga dalam mempersiapkan generasi baru
berkualitas, pertama kali adalah dengan mewujudkan pemeliharaan yang terbaik.
Setiap anak memerlukan untuk tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang sehat.
Agar tercipta anak-anak yang berkualitas, menurut Suyudi (2006), ada beberapa
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pertama, aspek fisik atau jasmani.
Artinya, setiap anak memiliki hak untuk dipenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan dari orang tuanya secara halal dan baik.
Setiap anak berhak hidup
dalam lingkungan yang memiliki hubungan harmonis antar anggota keluarga (suami
isteri, anak, atau anggota keluarga lainnya). Selain itu, kedekatan emosional
juga dibutuhkan antara anak dan orang tua. 3 hal yang perlu dilakukan adalah
yang pertama tatapan penuh kasih sayang, kedua sentuhan lembut pada tubuh,
ketiga perhatian yang tidak terpecah saat berinteraksi. Dengan terciptanya
kedekatan emosional, maka anak akan merasa diberikan kasih sayang oleh orang
tuanya. Hubungan seperti ini yang akan membentuk kepribadian anak secara
positif. Sebaliknya, kehidupan yang diwarnai dengan pertengkaran, makian,
bentakan, dan kemarahan akan memberi dampak negatif bagi perkembangan psikologis
anak.
3. Aspek Spiritual
Setiap anak juga membutuhkan
lingkungan yang senantiasa menanamkan akidah (nilai keimanan), bahwa Allah
satu-satunya yang kuasa dan berhak disembah, bahwa Allah tidak boleh
dipersekutukan dengan apapun. Hal ini dapat dilakukan dengan penanaman ajaran
agama dan pembiasaan melakukan ibadah sebagaimana yang dicontohkan Nabi
Muhammad Saw.
Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk
mengasuh kecerdasan spiritual anak adalah sebagi berikut: memberi contoh. Anak
usia dini mempunyai sifat suka meniru. Karena orang tua merupakan lingkungan
pertama yang ditemui anak, maka ia cenderung meniru apa yang diperbuat oleh
orang tuanya. Disinilah peran orang tua untuk memberi contoh yang baik bagi
anak, misalnya mengajak anak untuk ikut berdoa. Saat waktunya shalat, ajaklah
anak untuk segera mengambil air wudhu dan segera menunaikan shalat. Jadi
jika ingin menghasilkan generasi yang berkualitas, tanamkan keagamaan pada anak
dari usia dini
4. Aspek Sosial dan Kultural
Setiap anak juga membutuhkan lingkungan sosial dan kultural sosial dan kultur yang sehat dan humanis, sehingga membantu anak memahami realitas kehidupan.
5. Komunikasi yang efektif antara suami-istri turut andil dalam membentuk generasi berkualitas
Dari komunikasi yang terjalin
dengan baik maka orang tua dapat menentukan pendidikan dan pola pengasuhan yang
tepat. Komunikasi yang efektif akan dapat diterima dengan baik bagi ayah, ibu,
dan anak, khususnya bagi sang anak komunikasi yang terjalin dengan baik
merupakan sebuah cerminan dan contoh yang akan dijadikan teladan.
6. Pendidikan
Inti dari tujuan
pendidikan terhadap anak adalah membentuk manusia cerdas, yang mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai manusia. Manusia diciptakan dengan
adanya misi yang menyertainya, sesuai
kehendak Sang Pencipta. Misi itu dapat dilihat dalam firman-Nya QS.
Adz-Dzariyat: 56. Semua cara dan system pendidikan harus mengacu pada tujuan
awal diciptakannya manusia, yaitu membentuk manusia cerdas serta semata-mata
berorientasi pada akhlak ketuhanan. Pendidikan yang dilakukan di dalam rumah
tangga maupun di sekolah melalui orang tua dan para guru, mengharuskan orang
tua dan guru menyadari bahwa membangun akhlak anak adalah tugas paling utama.
Pendidikan yang
benar harus menjadi lahan perkembangan unsur-unsur rohani, mental,
dan jasmani. Ketiga unsur ini harus berkembang secara seimbang dan
lengkap. Perkembangan yang tidak seimbang dan harmonis dari ke tiga unsur ini
akan mengakibatkan kepincangan yang mengurangi keutuhan jiwa anak. Ketiganya
sama pentingnya dan harus saling mengisi. Oleh karena itu, kesehatan jasmani
harus dijaga sebagaimana mental dan rohaninya juga harus diperkembangkan.
Maka agar sebuah generasi menjadi generasi yang
kuat dan berkualitas, pendidikan dan lembaga pendidikan harus mendapat
perhatian yang khusus. Sebisa mungkin, pendidikan diselenggarakan dalam lembaga
dan sistem yang baik, yang memungkinkan anak didik mencapai segenap kualitas
yang diperlukan olehnya dalam mengarungi kehidupan. Pendidikan merupakan
tanggung jawab semua pihak yang berkepentingan, keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
Faktor yang paling menentukan
kualitas generasi Islam adalah keimanan dan keilmuannya. Pembentukan generasi
dalam pandangan Islam tidak hanya ditargetkan untuk mencapai ketinggian
teknologi dan ilmu pengetahuan semata. Target utama pembentukan generasi adalah
untuk mencetak generasi yang memiliki keimanan yang kokoh, lalu dengan dorongan
keimanan tersebutlah teknologi dan ilmu pengetahuan dikaji dan dikembangkan.
Artinya, keimanan menjadi dasar bagi keilmuan seseorang. Lebih jelasnya,
gambaran generasi berkualitas dalam pandangan Islam adalah sebagai berikut:
- generasi yang berkepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyah)
- generasi yang berjiwa pemimpin.
- mampu mengarungi hidup berdasarkan aqidah Islam.
Peran
Muslimah Dalam Pembentukan Generasi Berkualitas
Dalam proses pembentukan generasi melalui pendidikan
anak sejak dini, keluarga mempunyai peran strategis, terutama sosok muslimah
sebagai ibu mempunyai konstribusi yang cukup besar. Ibu sebagai pendidik
pertama dan utama bagi anak mempunyai indikasi, bahwa peran ibu sangat vital
sebagai pencetak generasi sejak dini. Ibulah sosok yang pertama kali berinteraksi
dengan anak, sosok pertama yang memberi rasa aman dan sosok pertama yang
dipercaya dan didengar omongannya oleh anak.
Terlebih lagi, sesungguhnya anak bagaikan
’radar’yang dapat menangkap setiap obyek yang ada di sekitarnya. Perilaku ibu
adalah kesan pertama yang ditangkap anak. Apabila seorang ibu mempunyai
kepribadian yang agung dan tingkat ketaqwaan yang tinggi, maka kesan pertama
yang masuk ke dalam benak anak adalah kesan yang baik. Kesan awal yang baik ini
akan menjadi landasan yang kokoh bagi perkembangan kepribadian anak ke arah
ideal yang diinginkan. Di samping itu, anak sendiri membutuhkan figur contoh
(qudwah) dalam mewujudkan nilai-nilai yang ditanamkan kepadanya selama proses
belajar di masa kanak-kanak, sebab akal anak belum sempurna untuk melakukan
proses berfikir. Ia belum mampu menerjemahkan sendiri wujud nilai-nilai
kehidupan yang diajarkan kepadanya. Kekuatan figur ibu akan membuat anak mampu
menyaring apa-apa yang boleh dan tidak boleh diambil dari lingkungannya, karena
anak menjadikan apa yang diterima dari ibunya sebagai standar nilai.
Mengingat besar dan pentingnya peran ibu dalam
proses pembentukan generasi berkualitas, perlu diupayakan pengembalian peran
ibu agar sesuai dengan fungsinya. Selain itu juga perlu diupayakan peningkatan
kualitas ibu, karena tinggi rendahnya kualitas ibu sangat mempengaruhi kualitas
anak. Untuk itu terwujudnya figur ibu ideal merupakan langkah awal untuk
mencetak generasi masa depan yang berkualitas. Secara garis besar, kriteria ibu
ideal yang dibutuhkan dalam mendidik anak-anak sejak dini adalah :
1. Memiliki aqidah dan kepribadan Islam
Ibu yang memiliki aqidah yang kuat akan memiliki
keyakinan bahwa anak adalah amanah Allah yang akan dimintai pertanggungjawaban
kelak di hari akhir. Ibu yang seperti ini akan menggembleng anaknya dengan
keimanan yang kokoh sejak kecil, memperkenalkan pada anak siapa penciptanya,
menghindarkan anak dari segala bentuk kesyirikan dan mengajarkan anak untuk
tunduk patuh pada aturan Pencipta, sehingga anak memahami hakekat dan tujuan
kehidupannya.
Ibu juga harus memiliki kepribadian Islam yang kuat.
Artinya menjadikan aqidah Islam sebagai standar berfikir maupun dalam bersikap.
Dengan memiliki aqidah yang kuat dan kepribadian yang agung, ibu akan layak
untuk dijadikan sebagai teladan bagi anak-anaknya dengan sifat-sifat seorang
pendidik, antara lain ikhlas, penyayang dan memiliki bahasa yang baik.
2. Memiliki kesadaran untuk mendidik anak-anaknya
sebagai aset umat
Ibu yang baik, tidak hanya mendidik anaknya sekedar
agar sang anak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan merawat orang tuanya di
masa tua. Akan tetapi ia juga senantiasa mengarahkan anaknya untuk berjuang
menjalankan perintah Allah, yaitu beramar ma’ruf nahi munkar. Ibu yang memiliki
kesadaran yang seperti ini senantiasa memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
lingkungannya dan berupaya membangun lingkungan yang kondusif demi terjaganya
tumbuh kembang generasi-calon pemimpin masa depan umat.
3. Mengetahui dan menguasai tentang konsep
pendidikan anak
Wawasan dan keilmuan yang tinggi sangat diperlukan
bagi ibu sebagai seorang pendidik generasi. Demikian pula dengan memahami
kondisi perkembangan anak, baik aspek fisik, naluri maupun fikirnya dituntut
bagi ibu untuk menguasainya. Dengan mengetahui konsep pendidikan anak sesuai
dengan tahapan perkembangannya dan program-program yang wajib ia jalankan, ibu
akan mampu memenuhi seluruh hak-hak anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar