- Pengertian Hiperaktif
Keadaan anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif (Attention-Deficit
Hiperactivity Disorder/ ADHD) telah banyak dikeluarkan orang tua, maupun
masyarakat dan keluhan ini terus meningkat. Seringkali, seorang anak mempunyai
riwayat ketika menjadi seorang bayi “yang sulit diatur”, yang menderita susah
tidur, tidak suka bercanda, banyak menangis, mengelit ketika dimandikan,
disuapi dan tidak dapat dihibur. Pelayanan yang sistematis untuk anak tersebut
hingga sekarang sangat terbatas. Sehubungan dengan kondisi semacam itu, maka
sangat diperlukan yayasan, klinik-klinik atau lembaga yang menangani anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian, serta penyuluhan bagi masyarakat, dan
orang tua.
Penyimpangan kurangnya perhatian dan
hiperaktif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kepandaian
anak-anak rata-rata atau diatas rata-rata yang memiliki tingkat perkembangan
mental yang tidak layak seperti tidak memperhatikan, tidak mempunyai naluri dan
hiperaktif (reed: 1991). Anak laki-laki biasanya lebih cenderung lebih banyak
dibandingkan anak perempuan. Istilah lain yang diasosiasikan dengan
penyimpangan ini adalah rendahnya fungsi otak (MBD), hyperkinesis, penyimpangan
hiperkinetik dan syndrome anak hiperaktif.
Orang tua dan guru sebagai ujung tombak
dalam pendidikan, juga mempunyai tugas yang berat. Orang tua dan guru merasakan
apabila menghadapi anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif. Layanan pendidikan pada anak semacam itu tidak hanya diperlukan
kemampuan menguasai materi pelajaran dan metode penyampaiannya, tetapi para
orang tua dan guru juga perlu menguasai atau memahami hakikat anak dengan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif beserta penatalaksaannya/
intervensinya.
Anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif termasuk gangguan bersifat akut yang mulai muncul pada
masa kanak-kanak di bawah usia 7 tahun. Secara umum gangguan pemusatan dan
perhatian (ADHD) adalah suatu kelainan neurobiologist yang bercirikan adanya
gangguan memusatkan perhatian (inattention),
mudah beralih perhatiannya (impulsivity)
dan hiperaktifitas (hyperactivity).
Gangguan pemusatan perhatian biasanya
mulai timbul pada usia 3 tahun, namun pada diagnosis baru ditetapkan setelah
anak duduk di sekolah dasar, dimana situasi belajar yang formal menuntut pola
perilaku yang terkendali termasuk pemusatan perhatian dan konsentrasi
(Widyawati: 1999).
Menurut Barkley (dalam Store, DuPaul:
1994) 3-5% anak usia sekolah didiagnosa mengalami gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktif. Lebih lanjut ditegaskan di setiap kelas regular yang berjumlah
20 siswa, satu anak mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif.
Walaupun belum terdapat angka resmi yang menyebutkan jumlah kejadian di
Indonesia, tetapi dari pengalaman praktek di Pusat Pengkajian dan Pengamatan
Tumbuh Kembang Anak Yogyakarta, terdapat 10% anak penderita gangguan perhatian
dari seluruh jumlah pasien (Gamayanti: 1997).
Akibat dari gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktif ini sangat beragam, jika senis gangguan tidak teridentifikasi
dan tidak ditangani, maka mereka mempunyai resiko tinggi mengalami hambatan
kemampuan belajar, menurutnya tingkat kepercayaan diri, problem-problem sosial,
kesulitan-kesulitan dalam keluarga dan problem lain yang mempunyai efek
panjang.
Pada dasarnya anak yang mengalami
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif bukan tidak mampu belajar, tetapi
karena kesulitan untuk memusatkan perhatian menyebabkan mereka tidak siap untuk
belajar. Pengobatan medis saja tampaknya belum bisa menjawab semua permasalahan
yang dialami anak dengan ADHD, untuk itu diperlukan pola asuh dan system
belajar yang tepat.
Ciri utama anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif adalah adanya kecenderungan untuk berpindah
dari suatu kegiatan ke kegiatan lain tanpa dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan, tidak dapat berkonsentrasi dengan baik bila mengerjakan suatu tugas
yang menuntut keterlibatan fungsi kognitif, serta tampak adanya kegiatan yang
beraturan, berlebihan dan bahkan mengacau.
- Karakteristik Anak Hiperaktif
Anak hiperaktif mempunyai karakteristik
tersendiri dengan ciri utama adanya kecenderungan untuk berpindah dari satu
kegiatan ke kegiatan lain tanpa dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, tidak
dapat berkonsentrasi dengan baik bila mengerjakan suatu tugas yang menuntut
keterlibatan fungsi kognitif, serta tampak adanya aktifitas yang tidak
beraturan, berlebihan dan mengacau. Anak hiperaktif biasanya keras kepala,
permintaanya harus dituruti/memaksakan kehendak, emosinya labil, penolakan oleh
teman sebaya, malas serta kurang tanggung jawab.
Kriteria anak dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif menurut Abdurrahman (1999) adalah sebagai berikut:
1. Kurang
mampu memusatkan perhatian paling sedikit mencangkup tiga karakteristik dari
yang tersebut dibawah ini:
a. Sering
gagal menyelesaikan pekerjaan yang dimulai
b. Sering
tampak seperti tidak mendengarkan atau tidak memperhatikan
c. Mudah
bingung atau mudah terkecoh
d. Kesulitan
untuk memusatkan perhatian pada berbagai tugas sekola atau berbagai tugas
lainnya.
2. Implusif
paling sedikit mencangkup tiga karakteristik dari yang disebut dibawah ini:
a. Kesulitan
untuk mengikuti suatu aktivitas permainan
b. Sering
bertindak sebelum berpikir
c. Mengubah-ubah
aktivitas yang satu ke yang lain
d. Kesulitan
untuk mengorganisasikan pekerjaan
e. Memerlukan
banyak pengawasan
f. Sering
keluar kelas
g. Sulit
menunggu giliran dalam permainan atau dalam situasi belajar kelompok.
3. Hiperaktivitas
a. Berlari-lari
dan memanjat-manjat secara berlebihan
b. Gelisah
secara berlebihan
c. Berjalan-jalan
pada saat tidur
4. Sering
mengembara tanpa tujuan
5. Terjadi
sebelum usia tujuh tahun
6. Durasinya
paling sedikit enam bulan
7. Bukan
karena schizophrenia atau retardasi mental berat
Secara spesifik anak hiperaktif
menunjukan ciri-ciri perilaku yang berbeda dari anak biasa. Suwarno (1999)
mengemukakan jika dicermati anak hiperaktif mempunyai tanda-tanda sebagai
berikut:
1. Sering
menampakan kegelisahan. Hal ini terlihat pada tangan dan kaki yang selalu
digerak-gerakan atau pada duduknya yang kelihatan tidak bisa diam.
2. Sulit
sekali bagi anak memenuhi permintaan untuk duduk tenang dan manis.
3. Mudah
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar dirinya.
4. Tidak
mudah bagi anak “menunggu” samapi mendapat giliran, baik pada permainan maupun
situasi kelompok.
5. Seringkali
dengan cepat anak menjawab, sementara pertanyaan yang diajukan belum selesai
diucapkan.
6. Anak
sering mengalami kesulitan untuk mengikuti pikiran serta instruksi atau
perintah orang lain, misalnya guru. Akibatnya anak gagal melaksanakan tugas.
7. Bukan
hal yang mudah bagi anak untuk tetap mempertahankan perhatian atau konsentrasi
pada saat melakukan kegiatan permainan.
8. Sering
berpindah dari suatu tugas yang belum diselesaikan ke tugas lain.
9. Mengalami
kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10. Sering
berbicara secara berlebihan
11. Sering
menginterupsi (menyela) atau memaksakan kehendak terhadap orang lain.
12. Sering
nampak seolah-seolah tidak mendengarkan apa yang sedang diucapkan terhadapnya.
13. Sering
kehilangan barang-barang yang justru penting diperlukan, misalnya untuk
mengerjakan tugas. Contoh: pensil, bolpoin, mainan, buku bahkan tugas yang
justru harus dikerjakan.
14. Sering
melakukan hal-hal yang berbahaya tanpa mempertimbangkan resikonya. Misalnya
menyebrang jalan begitu saja, tanpa menoleh kekiri kekanan terlebih dahulu.
Mencermati karakteristik anak hiperaktif
tersebut diatas, maka intinya ada tiga hal yaitu: anak kurang mampu memusatkan
perhatian, implusif, serta hiperaktif. Kondisi anak yang demikian harus segera
mendapatkan pelayanan atau terapi okupasi. Layanan atau intervensi secara dini
pada anak hiperaktif (ADHD) diharapkan segera dilakukan agar potensi yang
dimilikinya dapat berkembang secara optimal.
- Problema Anak Hiperaktif
Anak yang mengalami gangguan hiperaktif
mengalami permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut meliputi;
motorik, sensorik, kognitif, intrapersonal, interpersonal, perawatan diri,
produktivitas, serta leisure.
1.
Motorik
· Anak mungkin
hiperaktif atau menunjukan tingkat aktivitas yang tinggi. Ia sering gelisah dan mengelit ketika di dudukan dan lebih suka lari daripada jalan.
· Anak cenderung
tidak bisa diajak kerjasama/koordinasi. Kurangnya kerjasama mungkin berhubungan
dengan reaksi sikap ketepatan memperhatikan atau tidak memperhatikan.
·
Anak mungkin
kurang mampu dalam perencanaan, dan canggung.
·
Anak mungkin
menunda atau mengabaikan respon untuk memperhatikan (ketepatan reaksi),
khususnya dalam posisi ketidaksopanan. Besaranya pola pelarian cenderung
mendominasi ke pola perkelahian. Hasilnya adalah kurangnya stabilitas dan kontraksi,
kurang perlindungan dan reaksi keseimbangan, dan menurunya stabilitas.
·
Anak mungkin
mempunyai waktu pendek pada postrotary nystagmus.
2.
Sensori
· Anak
mungkin memiliki panca indera sensitive yang meningkat, sebagaimana digambarkan
oleh respon perpindahan lurus, kesopanan yang tidak tentu, dan pertahanan yang
kurang dirasakan. Hasilnya anak mengalami kesukaran dalam inisiatif untuk
berorganisasi dan kurang ketenangan sistem tubuh. Disamping itu juga menunjukan
mudah tersinggung, melengkungkan badan, terus menangis dan mendorong atau
membalikkan diri dari penolong.
· Anak
mungkin memiliki panca indara yang menyimpang (reaksi tertahan atau orientasi
gerakan yang tidak sengaja). Hasilnya adalah kurangnya koordinasi antara proses
bertindak, kegiatan, dan usaha yang menggerakan pada kesulitan dalam membangun
sikap adaptasi yang dibuat-buat.
· Anak
mungkin mempunyai pola respon yang tidak seperti biasanya, mengabaikan apa yang
berhubungan dengan system kegiatan terkait. Anak mengalami kesukaran untuk
tidur dan gelisah di tempat tidur. Dalam situasi baru, sikap melindungi
(ketakutan, penarikan, dan bermusuhan) mungkin nyata.
3.
Kognitif
· Anak
biasanya memiliki respon orientasi yang kurang, seperti kesukaran dalam
orientasi, dan perhatian.
· Anak biasanya memiliki rentang perhatian yang
pendek, dukungan perhatian yang kurang dan kurang penjagaan.
· Anak
biasanya memiliki perhatianselektif yang kurang dan mudah dikacaukan oleh
rangsangan dari luar.
· Anak
mungkin kekurangan memori yang menimbulkan hilangnya sesuatu yang diperlukan
untuk tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan dirumah atau disekolah.
· Anak
mungkin mempunyai kesukaran dalam mengikuti instruksi/ perintah dari orang
lain.
· Anak
mungkin mempunyai kesukaran dalam mempelajari pendekatan baru atau respon
adaptasi untuk tugas-tugas umum.
· Seringkali
anak mempunyai kurang kemampuan dalam pemecahan masalah.
· Anak
cenderung membuat keputusan yang cepat tanpa pemilihan pertimbangan.
4.
Intrapersonal
· Anak
biasanya implusif dan kurang mawas diri, mempunyai kesulitan dalam menunggu
giliran atau menunggu untuk dipanggil atau jawaban pertanyaan, dan cenderung
bertindak sebelum berpikir.
·
Emosi anak mudah
labil atau suasana hati lagi terhanyut dan mudah frustasi.
· Anak
mungkin mempunyai kesulitan dalam beradaptasi untuk situasi yang baru atau
perubahan sikap dalam merespon situasi lama.
5.
Interpersonal
·
Anak mungkin
menjadi badut kelas atau menari diri.
·
Anak cenderung
sulit untuk disiplin dan kelihatan tidak merespon hukuman.
·
Anak cenderung
menjadi antisosial.
6.
Perawatan
Diri
·
Tertundanya
perkembangan yang terjadi dalam hal perawatan diri.
· Anak
memiliki kesulitan dalam melengkapi tugas dan sering meninggalkan tugas yang
tidak terselesaikan atau setengan selesai.
7.
Produktivitas
· Kemampuan
bermain tertunda. Anak mungkin tidak menunjukan eksplorasi permainan yang
bagus.
· Anak sering
berpindah dari satu kegiatan yang belum terselesaikan ke kegiatan lain.
· Anak
mempunyai kesulitan untuk bermain dengan tenang dan cenderung pada kegiatan
yang menimbulkan kegaduhan/bising.
· Anak
mungkin gagal dalam satu atau lebih mata pelajaran di sekolah.
8.
Leisure
(Pengisian Waktu Luang)
Anak
mungkin kesulitan dalam berpartisipasi dalam kelompok, sebab kegagalan dalan
mengikuti peraturan dan kebasaan daripada interupsi atau mengganggu yang lain.
Ciri-ciri ADHD:
•
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat
dilihat dari ;
–
kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian
secara utuh terhadap sesuatu.
–
Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya
terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal
yang lain.
•
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari ;
–
perilaku anak yang tidak bisa diam.
–
Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit
dilakukan.
–
Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana
kemari,
–
bahkan memanjat-manjat.
–
Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan
menimbulkan suara berisik.
•
Gejala
impulsif ditandai dengan ;
–
kesulitan anak untuk menunda respon.
– Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu
yang tidak terkendali.
–
Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan
segera dan tanpa pertimbangan.
–
Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku
tidak sabar.
• Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang
menyelesaikan pembicaraan.
• Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab
sebelum pertanyaan selesai diajukan.
•
Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti
antri misalnya.
• Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi
tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri
maupun orang lain.
Gejala
yang terjadi pada bayi
•
Gejala yang harus lebih dicermati pada usia bayi
adalah ;
–
bayi yang sangat sensitive terhadap suara dan cahaya,
–
menangis, menjerit, sulit untuk diam,
–
waktu tidur sangat kurang dan sering terbangun,
–
kolik, sulit makan atau minum susu baik ASI atau susu
botol,
–
tidak bisa ditenangkan atau digendong,
–
menolak untuk disayang,
–
berlebihan air liur, kadang seperti kehausan sering
minta minum,
–
Head banging (membenturkan kepala, memukul kepala,
menjatuhkan kepala kebelakang) dan sering marah berlebihan.
Gejala
pada anak usia sekolah
•
Bila di sekolah ;
–
kurang konsentrasi,
–
aktifitas berlebihan dan tidak bisa diam,
–
mudah marah dan meledak kemarahannya,
–
nafsu makan buruk.
–
Koordinasi mata dan tangan jelek,
–
sulit bekerjasama, suka menentang dan tidak menurut,
–
suka menyakiti diri sendiri (menarik rambut, menyakiti
kulit, membentur kepala dll) dan gangguan tidur.
Gejala
lain pada anak usia sekolah
•
tindakan yang hanya terfokus pada satu hal saja
•
cenderung bertindak ceroboh,
•
mudah bingung,
•
lupa pelajaran sekolah dan tugas di rumah,
•
kesulitan mengerjakan tugas di sekolah maupun di rumah,
•
kesulitan dalam menyimak,
•
kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah,
•
sering keceplosan bicara, tidak sabaran,
•
gaduh dan bicara berbelit-belit,
•
gelisah dan bertindak berlebihan, terburu-buru,
•
banyak omong dan suka membuat keributan,
•
suka memotong pembicaraan dan ikut campur pembicaraan
orang lain.
Alat
diagnose
• haruslah memenuhi kriteria yang terdaftar dalam
diagnostic and statistical manual of mental disoders (manual diagnostik dan
statistik kelainan mental), edisi IV (DSM- IV) yang diterbitkan oleh
American Psychiatric Association) Washington DC 1994 (Mulyono,2003).
•
Manual ini berisi kode-kode diagnostik yang sekarang
dipakai seluruh Amerika Serikat. Klasifikasi dan gejala dari tiga tipe ADHD
(kurang mampu memperhatikan, hiperaktif, impulsiv) berikut ini disusun
berdasarkan manual tersebut, yaitu:
–
Kalau Tidak (1) Atau (2), Atau Kedua-Duanya.
–
Enam atau lebih dari gejala kurang mampu untuk tetap
memperhatikan, kelihatan selama paling sedikit enam bulan, sampai satu derajat
yang tidak bisa diterima atau tidak konsisten dengan tingkat pertumbuhan.
Kurang mampu memperhatikan
• Sering mendapat kesulitan untuk dapat memperhatikan dalam
kegiatan tugas atau permainan.
•
Sering seakan tidak mendenganrkan kalau diajak bicara
secara langsung.
•
Sering tidak memahami semua instruksi dan gagal
mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan sehari-hari atau tugas kantor (bukan
disebabkan perilaku menentang atau gagal memahami instruksi).
•
Sering mendapat kesulitan mengatur tugas atau kegiatan.
• Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlalu tekun
dalam tugas yang menuntut upaya mental terus menerus.
•
Sering kehilangan benda-benda yang perlu untuk tugas atau
kegiatan.
•
Sering terganggu oleh rangsangan berlebihan.
•
Sering lupa (alpa) dalam kegiatan sehari-hari.
Enam atau lebih dari gejal hiperaktivitas- impulsivitas
berikkut ini
terus kelihatan selama paling sedikit enam bulan, sampai
satu
tingkat yang tidak bisa diterima atau tidak konsisiten
tingkat
pertumbuhan
Hiperaktivitas
–
tangan dan kaki sering tidak bisa diam atau duduk dengan
resah.
–
Sering meninggalkan kursi di kelas atau dalam situasi
lainnya ketika diharapkan tetap duduk manis.
–
Sering lari kesana-sini atau banyak memanjat-manjat dalam
situasi ketika diharapkan tetap duduk manis.
–
Sering tidak bisa diam ketika bermain atau melakukan
kegiatan waktu luang.
–
Sering bergerak atau sering bertindak seakan ”didorong
sebuah motor”.
– Sering berbicara terus menerus (cerewet).
Impulsivitas
•
sering menjawab sebelum pertanyaan selesai.
•
Sering tidak sabar dalam menunggu giliran.
• Sering menyela orang lain misalnya pembicaraan atau
permainan
Catatan
ketika diagnosa
• beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau kurang mampu
memperhatikan yang menyebabkan kelemahan itu sudah muncul sebelum usia tujuh
tahun.
• beberapa kelemahan dari gejala-gejala tersebut muncul
dalam dua latar atau lebih (misalnya di sekolah – di kantor dan di rumah)
• harus ada bukti yang jelas tentang kelemahan mencolok
secara klinis dalam fungsi sosial akademik atau pekerjaan.
• gejala-gejala itu tidak terjadi terus menerus selama
terjadi sesuatu kelainan kelainan perkembangan menahun kenapa skizofren, atau
kelainan psikotik lainnya dan lebih disebabkan oleh kelainan mental lainnya
(misalnya kelainan suasana hati, kecemasan, kelainan non-sosiatif, atau
kelainan kepribadian).
Psikolog
dari Klinik Empati Development Center, Jakarta
• gangguan ini
disebabkan kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang
konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan.
•
Ada juga
penyebab lainnya, yakni:
–
temperamen
bawaan,
–
pengaruh
lingkungan,
–
malfungsi otak
–
serta epilepsi.
–
Bisa juga
kondisi gangguan di kepala, seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan
sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi
makanan.
Penyebab
(faktor genetik)
•
Defisit dari fungsi semisal respon inhibisi, kewaspadaan,
dan kerja memori
•
Berdasarkan hasil studi Twins, diperkirakan 60-94%
ADHD diperoleh dari keturunan. Hal ini
dibuktikan melalui studi genome scan yang menemukan bahwa penanda
(marker) pada kromosom 4,5,6,8,11,16,17 dan DRD4, merupakan kandidat gen untuk
ADHD
Berkaitan
dengan faktor genetic
•
Risiko ADHD juga akan makin meningkat manakala salah satu
saudara atau orang tua mengalami gangguan psikologis lain, misalnya depresi,
gangguan kecemasan, gangguan belajar, gangguan mood, dan sebagainya.
•
Orang tua dan saudara penderita ADHD mengalami resiko 2-8
kali lebih mudah terjadi ADHD,
• kembar monozygotic lebih mudah terjadi ADHD dibandingkan
kembar dizygotic juga menunjukkan keterlibatan fator genetik di dalam gangguan
ADHD.
• Keterlibatan genetik dan kromosom memang masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa gen yang berkaitan dengan kode
reseptor dopamine dan produksi serotonin, termasuk DRD4, DRD5, DAT, DBH,
5-HTT, dan 5-HTR1B, banyak dikaitkan dengan ADHD.
Berkaitan
dengan anatomi otak
• Teori lain menyebutkan kemungkinan adanya disfungsi
sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh dopamin sebagai neurotransmitter
pencetus gerakan dan sebagai kontrol aktifitas diri.
• Akibat MBD (gangguan otak yang minimal), yang menyebabkan
terjadinya hambatan pada sistem kontrol perilaku anak
Penyebab
(faktor non genetik)
•
virus
•
perinatal stres,
•
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah),
•
cedera otak,
•
dan merokok selama hamil.
• Penelitian lain juga menyebut faktor maturation lack
(kelambanan dalam proses perkembangan anak-anak) sebagai salah satu penyebab
ADHD. "Tetapi, biasanya
penderita dapat mengejar keterlambatannya pada usia pubertas, sehingga gejala
ini tidak menetap, hanya sementara."
Terapi
psikofarmakologi
• Methylphenidate (MPH) dengan lama kerja singkat, sedang,
dan panjang serta dextroamphetamine dengan masa kerja panjang. Dua
formulasi yang paling mutakhir adalah campuran garam amphetamine (75%
dextroamphetamine dan 25% levoamphetamine). Pemoline, suatu stimulan dengan
masa kerja panjang, sekarang sudah jarang digunakan karena efek hepatoksisitas
fatal (meskipun jarang).
• Pemberian
stimulan berespon pada 50-75% kasus. Dan stimulan yang banyak diresepkan dan
paling popular adalah MPH. MPH diberikan dalam tiga dosis: rendah 15mg/hari
atau 0,3mg/kg/hari, sedang 16-34mg/hari atau 0,5mg/kg/hari, dan tinggi
>34mg/hari atau 1mg/kg/hari. Dosis maksimum MPH adalah 60mg/hari. MPH tidak
boleh digunakan untuk anak usia di bawah 6 tahun.
•
Studi terbaru
menemukan bahwa ada obat lain yang bisa digunakan untuk ADHD di samping
stimulan. Yakni antidepresan
trisiklik (imipramin, desipramin), bupropion, dan agonis alfa adrenergik (klonidin).
Imipramin diberikan dengan dosis 1mg/kg/hari (maksimum < 4mg/kg atau 200mg).
Untuk berat badan kurang dari 50 kg, dosis bupropion adalah 3-6mg/kg/hari
(150mg – 300mg/hari).
Terapi
nutrisi dan diet
• Terapi
nutrisi dan diet banyak dilakukan dalam penanganan penderita. Diantaranya adalah
–
keseimbangan diet karbohidrat,
– penanganan gangguan
pencernaan (Intestinal Permeability or "Leaky Gut Syndrome"),
–
penanganan
alergi makanan atau reaksi simpang makanan lainnya.
•
Feingold Diet dapat dipakai sebagai terapi alternatif
yang dilaporkan cukup efektif.
– Suatu substansi asam amino (protein), L-Tyrosine,
telah diuji-cobakan dengan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa kasus,
karena kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa (memproduksi) norepinephrin (neurotransmitter)
yang juga dapat ditingkatkan produksinya dengan menggunakan golongan
amphetamine
Terapi
Biomedis
•
Beberapa terapi biomedis dilakukan dengan ;
–
pemberian suplemen nutrisi,
–
defisiensi mineral,
–
essential Fatty Acids,
–
gangguan metabolisme asam amino dan toksisitas Logam berat.
Terapi
inovatif
•
Terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap
penderita ADHD adalah ;
–
terapi EEG Biofeed back,
–
terapi herbal,
–
pengobatan homeopatik dan
–
pengobatan tradisional
Cina seperti akupuntur.
Terapi
okupasi
•
sensory Integration (AYRES),
•
snoezelen,
•
neurodevelopment Treatment (BOBATH),
•
modifikasi Perilaku,
•
terapi bermain dan
•
terapi okupasi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar