Kamis, 01 Desember 2011

Psikologi Keluarga


            Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena di dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat. 

Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak iptek berkembang secara pesat, telah banyak memberikan pengaruh pada tatanan kehidupan umat manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Kehidupan keluarga pun, banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya generasi mudanya dalam kondisi mengkhawatirkan, dan semua ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga. Oleh karena itu, pembinaan terhadap anak secara dini dalam keluarga merupakan suatu yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi pekerti, tata krama, dan baca-tulis-hitung yang diberikan secara dini di rumah serta teladan dari kedua orangtuanya akan membentuk kepribadian dasar dan kepercayaan diri anak yang akan mewarnai perjalanan hidup selanjutnya. Dalam hal ini, seorang ibu memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik maupun psikologis) kepada putra-putrinya dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas selaku warga negara (WNI) yang baik dan bertanggung jawab termasuk tanggung jawab sosial.

Sebagai makhluk hidup, setiap anggota keluarga setiap saat akan selalu beraktivitas atau berperilaku ( baik yang nampak ataupun yang tidak tampak) untuk mencapai tujuan tertentu ataupun sekedar memenuhi kebutuhan. Adakalanya tujuan atau kebutuhannya itu tercapai, tetapi mungkin juga tidak, atau adakalanya perilaku yang nampak itu selaras dengan yang tidak nampak, adakalanya tidak. Dalam kondisi seperti ini, bukan hal yang mustahil akan menimbulkan masalah/konflik dan akan mengakibatkan beban mental/stress.           Tentu diperlukan pemahaman dan bimbingan yang tepat unuk membantu mereka.

Ada banyak pihak dan hal lain yang bisa dikatakan sebagai pihak ketiga dalam keluarga, dalam hal ini yang kami maksudkan adalah pihak ketiga yang membawa dampak negatif. Namun, sebelumnya kita akan membahas arti dari pihak ketiga itu. Pihak ketiga adalah semua orang atau semua hal yang hadir di tengah-tengah hubungan suami-istri.

KELUARGA
Selain PIL dan WIL, orang tua atau anggota keluarga ternyata bisa menjadi pihak 'perusak' dalam hubungan suami istri. Ini terjadi bila suami atau istri lebih mengutamakan hubungannya dengan keluarga, ketimbang dengan pasangan. Bisa jadi itu mertua, orang tua, anak, saudara, paman, bibi, atau lainnya. 

Hubungan-hubungan dengan keluarga tidak seharusnya lebih utama daripada hubungan kita dengan pasangan. Misalnya, seorang ibu muda tak seharusnya mengabaikan suaminya dengan alasan lelah karena habis mengurus bayi sebab ini akan membuat suami merasa dinomorduakan dan terlantar sehingga suami bisa lari ke pelukan wanita lain. Atau, sikap suami yang lebih berpihak pada ibunya sehingga istri merasa terpojok, hal ini jelas tidak dapat dibenarkan.

TEMAN
Nah, yang satu ini juga tak kalah merusaknya. Jika suami lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya, atau istri lebih senang menghabiskan waktu untuk berbelanja dengan sahabat-sahabat wanitanya hingga mengabaikan pasangan, maka teman sudah dikategorikan sebagai pihak ketiga yang mengganggu kehidupan rumah tangga.

KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan.

Orang ketiga dalam keluarga sering kali tdak dapat dihindari, bisa saja dalam bentuk pembantu atau baby sitter, bisa juga anggota-anggota keluarga yang tinggal dalam rumah secara menetap, dapat juga yang hanya pada waktu-waktu tertentu. Atau juga orang-orang yang berhubungan dengan kehidupan suami-isteri dapat saja bos, sekretaris, rekan kerja, dan lain-lain. Tujuan kehadiran orang ketiga adalah untuk membuat kehidupan ini menjadi lebih mudah dan lebih efisien dan lebih maju. Namun cukup sering terjadi justru permasalahan timbul pada orang ketiga. Kehadiran orang ketiga biasanya dapat berubah menjadi gangguan, jika :
1. Kasih mulai dingin.
2. Tidak lagi saling menghargai.
3. Terlalu sering mencari-cari kesalahan pasangan.
4. Kata-kata pujian dan kata-kata kemesraan mulai jarang.
5. Kebosanan dan kejenuhan.
6. Merasa pasangan terlalu mengekang dan cemburu.
7. Merasa tidak dihargai oleh pasangan.
8. Merasa pasangan tidak "sehebat" orang ketiga tersebut.

Bahaya Orang Ketiga Persoalannya seringkali jika seorang suami "tergoda"selalu berkata,"ah, enggak koq," "gak ada apa-apa" namun jika tidak cepat ambil tindakan tegas dapat berakibat :
1. Kecurigaan dan kecemburuan terhadap pasangan.
2. Mulai selalu melihat kekurangan pasangan bahkan timbul kebencian terhadap pasangan.
3. Perselingkuhan, bahkan hingga terjadi hubungan sex.
4. Retaknya rumah tangga, bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan perceraian.

Langkah-langkah Perselingkuhan biasanya diawali dengan rasa Kekaguman, Ketertarikan, Semakin mendekat, Merasa tidak bisa jauh, Merasa dimengerti, diperhatikan dan dapat membicarakan masalah-masalah pribadi. 

MERTUA
Kehadiran mertua dalam rumahtangga seringkali menjadi sumber konflik, karena terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya

SOLUSI
Kesal sih kesal, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.

Dalam menghadapi  prahara rumah tangga dibutuhkan kesabaran dari kedua belah pihak. Sabar artinya; tabah hati tanpa mengeluh, dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Orang bisa sabar, jika ingat tujuan. Masing-masing suami dan istri harus selalu mengingat tujuan mereka membangun rumah tangga, tujuan mendidik anak sampai jadi, dan tujuan hidup itu sendiri. Meski demikian, sabar ada batasnya jika sekiranya ketabahan dan kesabaran yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu sedikitpun  tidak membawa perbaikan, sebaliknya semakin terpuruk dalam kesulitan, maka agama memberi peluang untuk mencari jalan keluar yang terbaik, meski dalam bentuk perceraian. Perceraian yang terjadi setelah melampaui babak kesabaran pada umumnya membawa kebaikan kedua belah pihak. Kesabaran dituntut terutama ketika awal mula mendapat gempuran prahara. Jika pada gempuran pertama dapat bersabar, maka biasanya dalam melampaui tahap-tahap berikutnya prahara itu menjadi lebih ringan, dan solusinya terkendali.
 
·         Cara Mengatasi Masalah Pernikahan Melalui Konseling
Dari berbagai problem rumah tangga seperti tersebut diatas, maka konseling perkawinan menjadi relevan, yakni membantu agar client dapat menjalani kehidupan rumah tangga secar benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itu maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk mengingat atau menghayati kembali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam. Konseling diberikan agar suami/istri menyadari kembali posisi masing-masing dalam keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya.

Jika memperhatikan kasus perkasus maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan:
  1. Membantu pasangan perkawinan itu mecegah terjadinya/meletusnya problema yang mengganggu kehidupan perkawinan mereka.
  2. Pada pasangan yang sedang dilanda kemelut rumah tangga, konseling diberikan dengan maksud agar mereka bisa mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapi.
  3. Pada pasangan yang berada dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar mereka dapat memelihara kondisi yang sudah baik menjadi lebph baik.
Azas Konseling Perkawinan
Dengan memperhatikan kasus yang sedang dialami oleh masing-masing pasangan,   dan dengan berpedoman kepada ajaran Islam tentang kehidupan perkawinan,  maka konseling diberikan dengan azas-azas sebagai berikut:
a)     Prinsip kebahagian seperti yang terkandung dalam ungkapan My house is my castle atau baiti jannati, haruslah mengacu pada konsep kebahgiaan seperti yang diajarkan oleh al Qur’an, yaitu falah, fauz dan sa’adah, yakni kebahagiaan dunia akhirat, kebahagiaan yang diridhai Allah, bukan kebahagiaan palsu.

b)  Bahwa rumah tangga yang bahagia (keluarga sakinah) itu berdiri atas sendi kasih sayang, atau mawaddah wa rahmah.

c)      Bahwa suami istri itu harus berkomunikasi atau musyawarah, menyangkut urusan mereka

d)     Bahwa rumah tangga itu ibarat kapal yang harus di nakhodai dengan hati-hati dan sabar.

e)  Dalam perselisihan keluarga, kedua belah pihak harus mengutamakan kemaslahatan dari pada kemenangan.

f)    Klien dari konseling perkawinan adalah orang yang memilih atau akan mengambil keputusan, yang perlu diarahkan dalam menentukan calon suami/isteri dan pasangan rumah tangga yang sedang mengalami problem komunikasi atau problem kejiwaan lainnya. konselor perkawinan haruslah orang yang mengerti ajaran Islam tentang perkawinan, menghayati psikologi suami isteri dan menguasai tehnik konseling.

g)  Bahwa pergaulan dalam rumah tangga juga membutuhkan suasana dinamis, dialog dan saling menghargai. Kekurangan keuangan keluarga misalnya oleh orang bijak dapat dijadikan sarana untuk menciptakan suasana dinamis dalam keluarga. Sebaliknya suasana mapan yang lama (baik mapan cukup maupun mapan dalam kekurangan) dapat menimbulkan suasana rutin yang menjenuhkan. Oleh karena itu suami istri harus pandai menciptakan suasana baru, baru dan diperbaharui lagi, karena faktor kebaruan secara psikologis membuat hidup menjadi menarik. Kebaruan tidak mesti dengan mendatangkan hal-hal yang baru, tetapi bisa juga barang lama dengan kemasan baru.

h)      Salah satu penyebab kehancuran rumah tangga adalah adanya orang ketiga bagi suami atau bagi istri (other women/ man). Datangnya orang ketiga dalam rumah tangga bisa disebabkan karena kelalaian/kurang waspada (misalnya kasus adik ipar atau pembantu, atau karena pergaulan terlalu bebas (ketemu bekas pacar atau teman sekerja), atau karena ketidak puasan kehidupan seksual, atau karena kejenuhan rutinitas. Suami/istri harus saling mempercayai, tetapi harus waspada terhadap kemungkinan masuknya virus orang ketiga. Artinya: “Nabi melarang seorang lelaki memasuki kamar wanita yang bukan muhrim. Seorang sahabat menanyakan boleh tidaknya memasuki kamar saudara ipar. Nabi menjawab: Masuk ke kamar ipar itu sama dengan maut (berbahaya).” Artinya: “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk bepergian selama tiga hari tanpa disertai muhrimnya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan abu Daud, dari Ibn Umar)

i)    Bahwa perkawinan itu bukan hanya mempertemukan dua orang; suami dan istri, tetapi juga dua keluarga besar antar besan. Oleh karena itu suami/istri harus bisa berhubungan secara proposional dengan kedua belah pihak keluarga, orang tua, mertua adik, ipar dst.

Kamu dan Keluarga Suamimu
Cara yang paling ideal untuk bergaul dengan keluarga suamimu adalah bagaimana yang terangkum dalam beberapa pointer berikut

Jika engkau merasa bahawa salah seorang keluarga suamimu tidak menerimamu, sehingga watak,gerak-gerik dan perilakumu menimbulkan rasa tidak senang bagi mereka, maka cobalah tilik kembali tindakan, perilaku dan caramu menghadapi mereka,sebab bias jadi merekalah yang benar.
 Tetaplah berusaha menghindari keterlibatan dalam masalah-masalah pribadi mereka atau ikut campur dalam masalah-masalah tersebut. Namun, jika mereka ingin melibatkan dirimu sebagai pihak yang netral, maka usahakanlah menggunakan cara yang diplomatis dalam memberikan jawaban agar satu pihak tidak marah dan mengambil sikap konfrontasi terhadapmu. Akan tetapi usahakanlah untuk memadukan antara dua sudut pandang tanpa ada satu pihakpun yang merasa engkau rendahkan.
Bergabunglah bersama cara yang positif dalam setiap momentum-momentum bahagia dan duka. Tetaplah berusaha untuk tidak terlibat dalam perdebatan bersama mereka yakinlah bahwa pergaulanbaikmu dengan keluarga suamimu akan memiliki nilai positif tersendiri bagi suamimu dan bagi kehidupanrumah tanggamu. Sebab perasaan suami bahwa keluarganya mencintaimu juga akan menambah rasa cintanya kepadamu.

Kamu dan Keluargamu
Berikut ini adalah tips-tips untuk kamu dan keluargamu :
Berusahalah untuk selalu memperhatikan kepada keluarga bahwa engakau masih memerlukan mereka dan engkau selalu butuh nasihat dan sandaran mereka. Hendaknya engkau berusaha untuk memperbaiki hubungan antara keluaragamu dan keluarga suamimu,
Berusalah engkau untuk selalu mengingat kejadian yangberhubungan dengan keluaraga, seperti perayaan-perayaan suami,kelahiran serta kejadian-kejadian yang membahagiakan. Alangkah baiknya engakau memberikan yang tidak memberatkan, untuk memperhatikan perhatianmu pada mereka namun selalu menjauhi sikap berlebihandalam hal itu, sehingga mereka tidak merasa bahwa keadaan mu sekarang tidak melibihi keadaandahulu ketika bersama mereka. Jauhilah olehmu membanding-bandingkan antara keluargamu dan keluarga suamimu bagaimanapun perbedaan yang terjadi diantara mereka.
Ketika engkau sedang memperhatikan keluargamu, maka jangan sampai apa yang membuat suamimu berkeyakinan bahwa kamu lebih mengutamakan mereka disbanding keluarganya.

Solusi
            Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.

Penutup
            Dalam sistem ajaran islam,Keluarga memiliki kedudukan yang sangat penting dan merupakan cikal bakal, sumber inspirasi dan pondasi peradaban,artinya melalui keluargalah kaum muslimin mengawali derap langkah pengabdian yang sesungguhnya, mulai dari menata dirinya, agar siap memasuki jenjang perkawinan, mengelola keluarga, serta menyiapkan generasi masa depan yang mampu berkompetisi dan berakhlak mulia.Dengan mengetahui di seputar masaalah keluarga di harapkan mampu menghadapi dan mengatasinya dalam koredor tuntunan ajaran agama Islam.

Daftar pustaka
Ahmad Mubarok. DR.H. MA   Konseling perkawinan. PT.Bina Rena Pariwara Cetakan ketiga Tahun 2002.
Halah Muhyidin. Mungkn Kamu Pilihanku. Penerbit: Cendekia Central Muslim.

3 komentar:

  1. pembahasannya cukup detail ... artikel yang bagus ...

    BalasHapus
  2. bu guru psikologi ........ sangar dan keren sekali

    BalasHapus
  3. Sangaarrrr... macan kaliiii

    hohoo

    BalasHapus