Keluarga pada hakekatnya merupakan
satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat.
Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur
sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga
masyarakat yang baik karena di dalam keluargalah seluruh anggota keluarga
belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat.
Perkembangan
peradaban dan kebudayaan, terutama sejak iptek berkembang secara pesat, telah
banyak memberikan pengaruh pada tatanan kehidupan umat manusia, baik yang bersifat
positif maupun negatif. Kehidupan keluarga pun, banyak mengalami perubahan dan
berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa
kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang
menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya generasi
mudanya dalam kondisi mengkhawatirkan, dan semua ini berakar dari kondisi
kehidupan dalam keluarga. Oleh karena itu, pembinaan terhadap anak secara dini
dalam keluarga merupakan suatu yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi
pekerti, tata krama, dan baca-tulis-hitung yang diberikan secara dini di rumah
serta teladan dari kedua orangtuanya akan membentuk kepribadian dasar dan
kepercayaan diri anak yang akan mewarnai perjalanan hidup selanjutnya. Dalam
hal ini, seorang ibu memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam
memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik maupun psikologis) kepada
putra-putrinya dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas
selaku warga negara (WNI) yang baik dan bertanggung jawab termasuk tanggung
jawab sosial.
Sebagai
makhluk hidup, setiap anggota keluarga setiap saat akan selalu beraktivitas
atau berperilaku ( baik yang nampak ataupun yang tidak tampak) untuk mencapai
tujuan tertentu ataupun sekedar memenuhi kebutuhan. Adakalanya tujuan atau
kebutuhannya itu tercapai, tetapi mungkin juga tidak, atau adakalanya perilaku
yang nampak itu selaras dengan yang tidak nampak, adakalanya tidak. Dalam
kondisi seperti ini, bukan hal yang mustahil akan menimbulkan masalah/konflik
dan akan mengakibatkan beban mental/stress. Tentu
diperlukan pemahaman dan bimbingan yang tepat unuk membantu mereka.
Ada
banyak pihak dan hal lain yang bisa dikatakan sebagai pihak ketiga dalam
keluarga, dalam hal ini yang kami maksudkan adalah pihak ketiga yang membawa
dampak negatif. Namun, sebelumnya kita akan membahas arti dari pihak ketiga
itu. Pihak ketiga adalah semua orang atau semua hal yang hadir di tengah-tengah
hubungan suami-istri.
KELUARGA
Selain
PIL dan WIL, orang tua atau anggota keluarga ternyata bisa menjadi pihak
'perusak' dalam hubungan suami istri. Ini terjadi bila suami atau istri lebih
mengutamakan hubungannya dengan keluarga, ketimbang dengan pasangan. Bisa jadi
itu mertua, orang tua, anak, saudara, paman, bibi, atau lainnya.
Hubungan-hubungan
dengan keluarga tidak seharusnya lebih utama daripada hubungan kita dengan
pasangan. Misalnya, seorang ibu muda tak seharusnya mengabaikan suaminya dengan
alasan lelah karena habis mengurus bayi sebab ini akan membuat suami merasa
dinomorduakan dan terlantar sehingga suami bisa lari ke pelukan wanita lain.
Atau, sikap suami yang lebih berpihak pada ibunya sehingga istri merasa terpojok,
hal ini jelas tidak dapat dibenarkan.
TEMAN
Nah,
yang satu ini juga tak kalah merusaknya. Jika suami lebih banyak menghabiskan
waktu bersama teman-temannya, atau istri lebih senang menghabiskan waktu untuk
berbelanja dengan sahabat-sahabat wanitanya hingga mengabaikan pasangan, maka
teman sudah dikategorikan sebagai pihak ketiga yang mengganggu kehidupan rumah
tangga.
KEHADIRAN PIHAK LAIN
KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran
orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga
kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang
seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal
pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan.
Orang
ketiga dalam keluarga sering kali tdak dapat dihindari, bisa saja dalam bentuk
pembantu atau baby sitter, bisa juga anggota-anggota keluarga yang tinggal
dalam rumah secara menetap, dapat juga yang hanya pada waktu-waktu tertentu.
Atau juga orang-orang yang berhubungan dengan kehidupan suami-isteri dapat saja
bos, sekretaris, rekan kerja, dan lain-lain. Tujuan kehadiran orang ketiga
adalah untuk membuat kehidupan ini menjadi lebih mudah dan lebih efisien dan
lebih maju. Namun cukup sering terjadi justru permasalahan timbul pada orang
ketiga. Kehadiran orang ketiga
biasanya dapat berubah menjadi gangguan, jika :
1.
Kasih mulai dingin.
2.
Tidak lagi saling menghargai.
3.
Terlalu sering mencari-cari kesalahan pasangan.
4.
Kata-kata pujian dan kata-kata kemesraan mulai jarang.
5.
Kebosanan dan kejenuhan.
6.
Merasa pasangan terlalu mengekang dan cemburu.
7.
Merasa tidak dihargai oleh pasangan.
8.
Merasa pasangan tidak "sehebat" orang ketiga tersebut.
Bahaya
Orang Ketiga Persoalannya seringkali jika seorang suami
"tergoda"selalu berkata,"ah, enggak koq," "gak ada
apa-apa" namun jika tidak cepat ambil tindakan tegas dapat berakibat :
1.
Kecurigaan dan kecemburuan terhadap pasangan.
2.
Mulai selalu melihat kekurangan pasangan bahkan timbul kebencian terhadap
pasangan.
3.
Perselingkuhan, bahkan hingga terjadi hubungan sex.
4.
Retaknya rumah tangga, bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan perceraian.
Langkah-langkah
Perselingkuhan biasanya
diawali dengan rasa Kekaguman, Ketertarikan, Semakin mendekat, Merasa tidak bisa jauh, Merasa dimengerti,
diperhatikan dan dapat membicarakan masalah-masalah pribadi.
MERTUA
Kehadiran
mertua dalam rumahtangga seringkali menjadi sumber konflik, karena terlalu ikut
campurnya mertua dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya
SOLUSI
Kesal
sih kesal, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan
komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di
depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk
mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika
diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.
Dalam
menghadapi prahara rumah tangga dibutuhkan kesabaran dari kedua belah
pihak. Sabar artinya; tabah hati tanpa mengeluh, dalam menghadapi cobaan dan
rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Orang
bisa sabar, jika ingat tujuan. Masing-masing suami dan istri harus selalu
mengingat tujuan mereka membangun rumah tangga, tujuan mendidik anak sampai
jadi, dan tujuan hidup itu sendiri. Meski demikian, sabar ada batasnya jika
sekiranya ketabahan dan kesabaran yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu
sedikitpun tidak membawa perbaikan, sebaliknya semakin terpuruk dalam
kesulitan, maka agama memberi peluang untuk mencari jalan keluar yang terbaik,
meski dalam bentuk perceraian. Perceraian yang terjadi setelah melampaui babak
kesabaran pada umumnya membawa kebaikan kedua belah pihak. Kesabaran dituntut
terutama ketika awal mula mendapat gempuran prahara. Jika pada gempuran pertama
dapat bersabar, maka biasanya dalam melampaui tahap-tahap berikutnya prahara
itu menjadi lebih ringan, dan solusinya terkendali.
·
Cara
Mengatasi Masalah Pernikahan Melalui Konseling
Dari
berbagai problem rumah tangga
seperti tersebut diatas, maka konseling perkawinan menjadi relevan, yakni
membantu agar client dapat menjalani kehidupan rumah tangga secar benar,
bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan
perkawinan. Oleh karena itu maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi
dorongan untuk mengingat atau menghayati kembali prinsip-prinsip dasar, hikmah,
tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam. Konseling
diberikan agar suami/istri menyadari kembali posisi masing-masing dalam
keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya
untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya.
Jika
memperhatikan kasus perkasus maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan:
- Membantu pasangan perkawinan itu mecegah terjadinya/meletusnya problema yang mengganggu kehidupan perkawinan mereka.
- Pada pasangan yang sedang dilanda kemelut rumah tangga, konseling diberikan dengan maksud agar mereka bisa mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapi.
- Pada pasangan yang berada dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar mereka dapat memelihara kondisi yang sudah baik menjadi lebph baik.
Azas
Konseling Perkawinan
Dengan
memperhatikan kasus yang sedang dialami oleh masing-masing
pasangan, dan dengan berpedoman kepada ajaran Islam tentang
kehidupan perkawinan, maka konseling
diberikan dengan azas-azas sebagai berikut:
a) Prinsip
kebahagian seperti yang terkandung dalam ungkapan My house is my castle atau
baiti jannati, haruslah mengacu pada konsep kebahgiaan seperti yang diajarkan
oleh al Qur’an, yaitu falah, fauz dan sa’adah, yakni kebahagiaan dunia akhirat,
kebahagiaan yang diridhai Allah, bukan kebahagiaan palsu.
b) Bahwa
rumah tangga yang bahagia (keluarga sakinah) itu berdiri atas sendi kasih
sayang, atau mawaddah wa rahmah.
c)
Bahwa
suami istri itu harus berkomunikasi atau musyawarah, menyangkut urusan mereka.
d)
Bahwa
rumah tangga itu ibarat kapal yang harus di nakhodai dengan hati-hati dan
sabar.
e) Dalam
perselisihan keluarga, kedua belah pihak harus mengutamakan kemaslahatan dari
pada kemenangan.
f) Klien
dari konseling perkawinan adalah orang yang memilih atau akan mengambil
keputusan, yang perlu diarahkan dalam menentukan calon suami/isteri dan
pasangan rumah tangga yang sedang mengalami problem komunikasi atau problem
kejiwaan lainnya. konselor
perkawinan haruslah orang yang mengerti ajaran Islam tentang perkawinan,
menghayati psikologi suami isteri dan menguasai tehnik konseling.
g) Bahwa
pergaulan dalam rumah tangga juga membutuhkan suasana dinamis, dialog dan
saling menghargai. Kekurangan keuangan keluarga misalnya oleh orang bijak dapat
dijadikan sarana untuk menciptakan suasana dinamis dalam keluarga. Sebaliknya
suasana mapan yang lama (baik mapan cukup maupun mapan dalam kekurangan) dapat
menimbulkan suasana rutin yang menjenuhkan. Oleh karena itu suami istri harus
pandai menciptakan suasana baru, baru dan diperbaharui lagi, karena faktor
kebaruan secara psikologis membuat hidup menjadi menarik. Kebaruan tidak mesti
dengan mendatangkan hal-hal yang baru, tetapi bisa juga barang lama dengan
kemasan baru.
h)
Salah
satu penyebab kehancuran rumah tangga adalah adanya orang ketiga bagi suami
atau bagi istri (other women/ man). Datangnya orang ketiga dalam rumah tangga
bisa disebabkan karena kelalaian/kurang waspada (misalnya kasus adik ipar atau
pembantu, atau karena pergaulan terlalu bebas (ketemu bekas pacar atau teman sekerja),
atau karena ketidak puasan kehidupan seksual, atau karena kejenuhan rutinitas.
Suami/istri harus saling mempercayai, tetapi harus waspada terhadap kemungkinan
masuknya virus orang ketiga.
Artinya:
“Nabi melarang seorang lelaki memasuki kamar wanita yang bukan muhrim. Seorang
sahabat menanyakan boleh tidaknya memasuki kamar saudara ipar. Nabi menjawab:
Masuk ke kamar ipar itu sama dengan maut (berbahaya).” Artinya: “Tidak halal
bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk bepergian
selama tiga hari tanpa disertai muhrimnya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan abu Daud,
dari Ibn Umar).
i) Bahwa
perkawinan itu bukan hanya mempertemukan dua orang; suami dan istri, tetapi
juga dua keluarga besar antar besan. Oleh karena itu suami/istri harus bisa
berhubungan secara proposional dengan kedua belah pihak keluarga, orang tua,
mertua adik, ipar dst.
Kamu dan Keluarga
Suamimu
Cara
yang paling ideal untuk bergaul dengan keluarga suamimu adalah bagaimana yang
terangkum dalam beberapa pointer berikut.
Jika
engkau merasa bahawa salah seorang keluarga suamimu tidak menerimamu, sehingga watak,gerak-gerik dan perilakumu menimbulkan rasa tidak senang bagi mereka,
maka cobalah tilik kembali tindakan, perilaku dan caramu menghadapi
mereka,sebab bias jadi merekalah yang benar.
Tetaplah
berusaha menghindari keterlibatan dalam masalah-masalah pribadi mereka atau
ikut campur dalam masalah-masalah tersebut. Namun, jika mereka ingin melibatkan
dirimu sebagai pihak yang netral, maka usahakanlah menggunakan cara yang
diplomatis dalam memberikan jawaban agar satu pihak tidak marah dan mengambil
sikap konfrontasi terhadapmu. Akan tetapi usahakanlah untuk memadukan antara
dua sudut pandang tanpa ada satu pihakpun yang merasa engkau rendahkan.
Bergabunglah
bersama cara yang positif dalam setiap momentum-momentum bahagia dan duka.
Tetaplah berusaha untuk tidak terlibat dalam perdebatan bersama mereka yakinlah
bahwa pergaulanbaikmu dengan keluarga suamimu akan memiliki nilai positif
tersendiri bagi suamimu dan bagi kehidupanrumah tanggamu. Sebab perasaan suami
bahwa keluarganya mencintaimu juga akan menambah rasa cintanya kepadamu.
Kamu dan Keluargamu
Berikut
ini adalah tips-tips untuk kamu dan keluargamu :
Berusahalah
untuk selalu memperhatikan kepada keluarga bahwa engakau masih memerlukan
mereka dan engkau selalu butuh nasihat dan sandaran mereka. Hendaknya engkau
berusaha untuk memperbaiki hubungan antara keluaragamu dan keluarga suamimu,
Berusalah
engkau untuk selalu mengingat kejadian yangberhubungan dengan keluaraga, seperti
perayaan-perayaan suami,kelahiran serta kejadian-kejadian yang membahagiakan. Alangkah baiknya
engakau memberikan yang tidak memberatkan, untuk memperhatikan perhatianmu pada
mereka namun selalu menjauhi sikap berlebihandalam hal itu, sehingga mereka
tidak merasa bahwa keadaan mu sekarang tidak melibihi keadaandahulu ketika
bersama mereka. Jauhilah
olehmu membanding-bandingkan antara keluargamu dan keluarga suamimu
bagaimanapun perbedaan yang terjadi diantara mereka.
Ketika
engkau sedang memperhatikan keluargamu, maka jangan sampai apa yang membuat
suamimu berkeyakinan bahwa kamu lebih mengutamakan mereka disbanding
keluarganya.
Solusi
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
Penutup
Dalam sistem ajaran islam,Keluarga memiliki kedudukan yang sangat penting dan merupakan cikal bakal, sumber inspirasi dan pondasi peradaban,artinya melalui keluargalah kaum muslimin mengawali derap langkah pengabdian yang sesungguhnya, mulai dari menata dirinya, agar siap memasuki jenjang perkawinan, mengelola keluarga, serta menyiapkan generasi masa depan yang mampu berkompetisi dan berakhlak mulia.Dengan mengetahui di seputar masaalah keluarga di harapkan mampu menghadapi dan mengatasinya dalam koredor tuntunan ajaran agama Islam.
Dalam sistem ajaran islam,Keluarga memiliki kedudukan yang sangat penting dan merupakan cikal bakal, sumber inspirasi dan pondasi peradaban,artinya melalui keluargalah kaum muslimin mengawali derap langkah pengabdian yang sesungguhnya, mulai dari menata dirinya, agar siap memasuki jenjang perkawinan, mengelola keluarga, serta menyiapkan generasi masa depan yang mampu berkompetisi dan berakhlak mulia.Dengan mengetahui di seputar masaalah keluarga di harapkan mampu menghadapi dan mengatasinya dalam koredor tuntunan ajaran agama Islam.
Daftar
pustaka
Ahmad
Mubarok. DR.H. MA Konseling perkawinan. PT.Bina Rena Pariwara
Cetakan ketiga Tahun 2002.
Halah
Muhyidin. Mungkn Kamu Pilihanku. Penerbit: Cendekia Central Muslim.
pembahasannya cukup detail ... artikel yang bagus ...
BalasHapusbu guru psikologi ........ sangar dan keren sekali
BalasHapusSangaarrrr... macan kaliiii
BalasHapushohoo